DAUR ULANG RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT SEBAGAI BAHAN UTAMA CAMPURAN BETON ASPAL EMULSI UNTUK LAPIS PERMUKAAN
DOI:
https://doi.org/10.32722/pt.v18i1.1282Abstract
ABSTRACT
Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) material as a result of road maintenance by Scrapping-Filling-Overlay method is a waste material which had potential to be recovered as a surface layerof road. The maintenance in highway road of Indonesia used hot mix asphalt in general. But, hot mix asphalt are not environmentally friendly and makes energy wasting because it needs burning process at mixing. Those things are the main causes of this research. This asphalt concrete with RAP with cold mixing is expected to fulfill the requirements of asphalt concrete for heavy traffic. In this research is asphalt content variations at 6,5; 7,0; 7,5; 8,0; and 8,5% to total mixture. The results of this research shows that the highest Marshall stability could not reach minimum value of heavy loaded traffic, that is at emulsion asphalt content 7% only for 711 kg. Besides, the percentage of void in mixture (VIM), void filled with bitumen (VFB) and flow couldn’t fulfill the specification of SNI 8198:2015. With the result that optimum asphalt content cannot be obtained. Result of wheel tracking test could not be obtained too because the specimens collapse during the test.
Key words : Emulsion asphalt, Reclaimed Asphalt Pavement, stability, Wheel Tracking Machine
ABSTRAK
Material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) hasil dari pemeliharaan dengan metode Scrapping-Filling Overlay merupakan limbah yang berpotensi untuk dimanfaatkan kembali menjadi lapis permukaan. Pada umumnya penanganan jalan di Indonesia menggunakan campuran panas. Namun, campuran panas kurang ramah lingkungan dan tidak hemat energi. Karena membutuhkan proses pembakaran dalam proses pencampuran. Hal ini yang menjadi alasan utama penelitian ini. Beton aspal dengan bahan utama RAP dengan campuran dingin ini diharapkan mampu memenuhi syarat lapisan aspal beton untuk lalu lintas berat. Variasi pada penelitian ini adalah kadar aspal 6,5; 7,0; 7,5; 8,0; dan 8,5% terhadap total campuran. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa stabilitas Marshall tertinggi tidak mampu mencapai nilai minimum untuk lalu lintas berat, yaitu pada kadar aspal emulsi 7% hanya sebesar 711 kg. Selain itu prosentase rongga dalam campuran (VIM), rongga terisi aspal (VFB) serta kelelehan tidak memenuhi spesifikasi dari SNI 8198:2015. Sehingga, kadar aspal optimum tidak didapatkan. Hasil dari pengujian alur roda juga tidak didapatkan karena benda uji amblas ketika pengujian dilakukan.
Kata kunci : Aspal emulsi, Reclaimed Asphalt Pavement, stabilitas, Wheel Tracking Machine
Downloads
References
Transportation Research Board. 2006. Transportation Research Circular: Asphalt Emulsion Technology. Transportation Research Board. Washington DC.
Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Edisi 1. Jakarta: Granit.
SNI 8198:2015. 2015. Spesifikasi Campuran Beraspal Panas Bergradasi Menerus (Laston). Badan Standarisasi Nasional.
Al-Qadi, Imad L. 2007. Reclaimed Asphalt Pavement – A Literature Review, Illinois Center for Transportation, Illinois.
Emrizal. 2009. Pemanfaatan Material Daur Ulang Aspal Beton Untuk Material Aspal Beton Campuran Dingin Memakai Aspal Emulsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Muliawan, I Wayan. 2011, Analisis Karakteristik dan Peningkatan Stabilitas Campuran Aspal Emulsi Dingin (CAED). Denpasar: Universitas Udayana.
Hartanto dkk. Analisa Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Dingin dan Perbandingan Stabilitas Aspal Emulsi dengan Laston. Surabaya: Universitas Kristen Petra.
SNI 4798:2011. 2015. Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik. Badan Standarisasi Nasional.