PEMBERIAN NAMA ANAK DALAM SUDUT PANDANG BAHASA

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Nur Rini
Sri Rahayu Zees
Pandiya Pandiya

Abstract

Abstract


Name is an important part of someone’s life, it is an identity. However, nowadays a name likely does not reflect the owner’s origin or nation. In Indonesian culture context, naming children is a meaningful moment for parents. This qualitative study was intended to describe how parents name their children. It involved 80 respondents; they were Semarang City citizens who had children. The data were collected by distributing questionnaires and conducting interview. Most respondents were Javanese, Moslem, born between 1950s and 1960s, and graduated from high school. The respondents liked combining words from two or more different languages to form their children’ names. There were very few parents using Indonesian words only. The languages involved in forming names are Arabic, Javanese, English, Chinese, Sanskrit, Indonesian and Balinese. Moslems tend using Arabic to name their children. Almost all names had meanings. The meaning depends on the giver or the one who named the children. The same names might have different meanings.


Key words: naming children, Javanese, name, Semarang parents


Abstrak


Nama memiliki arti yang penting bagi kehidupan seseorang, nama adalah identitas. Namun, terdapat kecenderungan, nama tidak menunjukkan daerah asal atau identitas bangsa pemilik nama. Dalam konteks budaya Indonesia, pemberian nama anak adalah sebuah momentum yang sangat berarti bagi orangtua. Penelitian kualitatif ini bertujuan menerangkan bagaimana orang tua memberi nama anak mereka dari sudut pandang bahasa. Responden penelitian ini adalah 80 warga kota Semarang yang memiliki anak. Data dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner dan wawancara mendalam. Sebagian besar responden bersuku Jawa, beragama Islam, lahir di tahun 1950an hingga 1960an dan lulusan sekolah menengah atas. Ditemukan bahwa para orangtua berkencendungan mengkombinasikan kata-kata dari dua atau lebih bahasa yang berbeda dalam membentuk nama anak mereka. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa Arab, bahasa Jawa, bahasa Inggris, bahasa Cina, bahasa Sanskerta, bahasa Indonesia, dan bahasa Bali. Orang tua yang memeluk agama Islam berkecenderungan kuat menggunakan bahasa Arab dalam penamaan anak mereka. Hanya beberapa saja yang menggunakan kata-kata bahasa Indonesia dalam penamaan anak-anak mereka. Hampir semua nama memiliki nama. Makna suatu nama tergantung dari makna yang diberikan oleh pemberi nama. Nama yang sama terkadang memiliki makna yang berbeda.


Kata kunci: penamaan anak, nama anak suku Jawa, orang tua Semarang

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

How to Cite
Rini, N., Zees, S. R., & Pandiya, P. (2019). PEMBERIAN NAMA ANAK DALAM SUDUT PANDANG BAHASA. EPIGRAM (e-Journal), 15(2). https://doi.org/10.32722/epi.v15i2.1276

References

  1. Amaliana, Z.M.Z. (2016). Akulturasi Budaya dalam Pemberian Nama Anak pada Keluarga Perkawinan Campur Antara Suku Bali dan Non-Balidi Desa Kalibukbukdan Desa Gerokgak Kabupaten Buleleng (Magister tesis, Undip, 2016). Tesis.
  2. Cambridge Advanced Leaner’s Dictionary. (2008). 3rd Edition. Cambridge University Press.
  3. Danis, James R. (1976). Teaching Strategies For College Classroom. Westview Press.
  4. Doty, Gladys G, and Janet Ross. (1973). Language and Life in USA. New York:Harper & Row Publishers, Third Edition.
  5. Man, Joyce. 2012. “Hong Kong Loves Weird English Names.” The Atlantic, October 1. http://www.theatlantic.com/international/archive/2012/10/hong-kong-loves-weird-english-names/263103/.(diakses 19 Juli 2018)
  6. Prajoko, A. (2011). Upacara Panca Yadya dalam Kehidupan Beragama. http://www.parissweethome.com/bali/cultural_my.php?id=7 (diakses 10 Juli 2011)
  7. Richards, J. C., Jonathan Hull, and Susan Proctor. (1998). New Interchange – English for International Communication. Cambridge: Cambridge University Press.
  8. Richards, J. C. and Theodore S Rodgers. (1992). Approaches and Methods in Language Teaching, Cambridge: Cambridge Univessity Press.
  9. Sartono, F. (2006). Nenek pun Tak Hafal Nama Cucu. Harian Umum Kompas: Edisi 23 April 2006, hal. 34.
  10. Simatupang, L.L. (2006). Nama Anak – Aristokratisme dan Keberatan Nama. Harian Umum Kompas: Edisi 23 April 2006, hal. 34.
  11. Tsai, N. (2014). The translation of names and the fallacy of representation – and the creative consequences for literary translation in the Chinese-English context. Asia Pacific Translation and Intercultural Studies. Vol. 1, No. 1, 63–81, http://dx.doi.org/10.1080/23306343.2014.886398
  12. Epigram